Pembunuhan Ikuti Sasarannya Pelaku Di Jatuhi Hukuman Mati – Dua pria dijatuhi hukuman di Myanmar dalam masalah pembunuhan seseorang pengacara Muslim, Ko Ni, ketika siang hari di Bandar Hawa Internasional Yangon pada 29 bulan Januari 2017. NickBeake memberikan laporan dari Yangon.
Sukar mengayalkan deskripsi yg lebih menakutkan.
Pembunuh ikuti sasarannya, seseorang pria tua yg tengah menggendong cucu laki-lakinya. Pistol sungguh-sungguh menyentuh kepala korban yg tidak menduga terdapatnya serangan itu.
Yg berlangsung setelahnya – terekam di camera – membuat satu keluarga kehilangan seseorang kakek serta Myanmar kehilangan satu diantaranya orang figur yg menjanjikan hari depan yg lebih demokratis.
Pembunuhan pengacara terutama Ko Ni itu sungguh-sungguh mengagetkan Myanmar.
Buat banyak orang, peristiwa kejam ini memperingatkan jika meskipun saat ini negara ini bisa jadi mempunyai pemerintahan sipil, tapi militer masihlah yg sangat tentukan.
Kyi Lin, yg menembak, serta Aung Win Zaw, yg menolong pembunuhan, saat ini dijatuhi hukuman melalui sidang pengadilan yg banyak disindir. Dua orang yang lain dikatakan bersalah.
Ingin merubah konstitusi perancangan militer
Kemungkinan kecil beberapa pria ini bakal sungguh-sungguh diberi hukuman lantaran Myanmar dipercayai tidak sempat lakukan hukuman mati sepanjang lebih 30 tahun.
Serta memang ada keadaan jika keadilan belum pula ditegakkan.
Menjadi penasihat hukum partai Liga Nasional buat Demokrasi (LND) pimpinan Aung San Suu Kyi, Ko Ni mencari trik buat merubah konstitusi tahun 2008 yg didesain pihak militer. Ini membuat mempunyai musuh-musuh yg berkuasa.
” Buat saya, ia ialah seseorang pahlawan, ” kata anak wanita paling tua Ko Ni di rusun keluarga di Yangon. Yin Nwe Khaing, seseorang dokter, duduk di samping ibunya yg dengan perlahan-lahan meniadakan air mata.
” Ia mengorbankan seluruhnya buat apa yang diyakininya serta kebenaran. Ia ialah orang yg besar sekali serta berani. Kami benar-benar kehilangan. “
Demokrasi pun kehilangan dianya. Menurut konstitusi yg ingin di ubah Ko Ni, militer dengan cara automatis mendapat 25% kursi di majelis tinggi serta majelis rendah parlemen.
Pergantian apa pun pada konstitusi butuh kesepakatan lebih dari tiga perempat anggota parlemen, jadi militer mempunyai hak veto.
Mereka pun kuasai tiga kementerian keamanan dibawah penataan sekarang ini.
Konstitusi 2008 pun melarang Aung San Suu Kyi berubah menjadi presiden Myanmar lantaran di jelaskan tidak seorangpun yg mempunyai anak berkewarganegaraan asing diizinkan menjabat.
Militer mempunyai pengaruh
Suu Kyi tidak dapat menjabat lantaran ia mempunyai dua anak laki laki dari almarhum suaminya yg berkewarganegaraan Inggris.
Ko Ni ialah orang yg membuat peranan penasihat negara – diatas presiden – yg saat ini sangat mungkin Suu Kyi pimpin pemerintahan sipil. Perbuatan ini membuat geram beberapa jenderal.
Pembunuhan Ko Ni di pandang menjadi contoh sangat jelas bagaimana militer masihlah benar-benar kuasai Myanmar – meskipun sudah menarik kekuasaan politik selesai 50 tahun menjalankan kediktatoran militer.
Tapi angkatan darat selamanya menyangkal bertanggung-jawab atas pembunuhan itu.
Otak yg dikira di belakangnya ialah seseorang bekas perwira tinggi. Serta Interpol sudah keluarkan ” peringatan merah ” buat penangkapan Aung Win Khine, tapi ia kelihatannya lolos atau memang dilindungi.
Tiga pria yg di ajukan ke pengadilan awal mulanya ialah anggota militer. Cuma si penembak bayaran, penyelundup barang antik dari Mandalay bernama Kyi Lin, yg kelihatannya tidak mempunyai jalinan dengan militer.
Pada tahun ke-2 peringatan wafatnya Ko Ni, kawan, keluarga serta diplomat asing penuhi lantai atas rumah makan di Yangon buat rayakan kehidupannya serta menuntut penegakan keadilan.
Aung San Suu Kyi, yg tidak mengikuti pemakaman pada tahun 2017 serta cuma dikit memberikan komentar berkenaan dengan pembunuhan temannya, muncul melalui pesan video menuntut pengungkapan kebenaran.
Duta Besar Amerika Serikat, Scot Marciel, ada dalam acara itu. Awal mulanya, saya bertanya apa ia melihat pembunuhan itu memperlihatkan jika angkatan darat masihlah berkuasa.
” Militer masih benar-benar berkuasa serta budaya impunitas masih benar-benar kuat serta itu sangat mengkuatirkan, ” ujarnya. ” Jelas ini butuh diselesaikan kalau Myanmar ingin sukses. “
Saya ajukan pertanyaan apa ada impian jika keadilan bakal ditegakkan pada masalah ini.
” Ini sungguh-sungguh ujian buat mode Myanmar, apa selesai sekian tahun pelanggaran hak asasi manusia tidak diberi hukuman, jadi saat ini keadilan bakal ditegakkan. “
Ketetapan saat ini udah dikeluarkan serta – meskipun empat vonis udah dibacakan – cuma dikit yg meyakini perbuatan ini mewakili penegakan keadilan.
Di negara dimana seseorang arsitek khusus hari depan yg lebih adil sudah dibunuh serta mode yg diperjuangkannya buat di ubah masih berjalan.