Smartphone pasti tidak asing sekali lagi kan untuk anda di masa yang super mutakhir seperti saat ini? Sebagian dari kalian mungkin saja adalah pemakai aktif smartphone. Bahkan juga smartphone telah seperti asisten pribadi, kemana saja mesti dijinjing, bahkan juga saat tidur, mesti diselipkan di bawah bantal? Ada yang seperti demikian? O nyatanya ada pula yg tidak demikian addict pada pemakaian smartphone, yang ditranslate dengan bebas jadi handphone yang tersambung dengan internet serta mempunyai peranan serta kekuatan seperti computer mini.
Kenyataan pemakaian smartphone saat ini, untuk beberapa orang cukup mencemaskan, namun untuk kelompok anak muda, hal semacam ini cukup lumrah, karna jamannya memangnya telah sesuai sama itu.
Sebelumnya dilanjutkan, berapakah smartphone yang anda punyai? Atau rekan anda? Atau bahkan juga kerabat anda dirumah? Peluang ada yang memilikinya lebih dari satu.
Saksikan saja di jalan atau saat tengah singgah dirumah makan atau tempat umum yang lain, anak muda bahkan juga orang dewasa tengah sebagian asyiknya bermain-main dengan smartphone mereka. Bahkan juga ada yang umum tersenyum, tertawa bahkan juga ada pula yang tampak merengut.
Ini semuanya panorama keseharian kita, sekurang-kurangnya seperti yang saya alami serta amati. Tak tahu itu BB, android maupun tablet. Seolah benda-benda itu adalah hal yang wajar serta harus tuk dipunyai.
Seperti ditulis oleh okezone. com pada lepas 22 Agustus 2013 pemakai internet di Indonesia per 2012 sudah menjangkau 353 juta, dan alami penambahan pada th. ini serta selalu melonjak sampai 2017.
Dari sumber yang sama, dijelaskan juga kalau berdasar pada data riset VNI Forecast Cisco, untuk sekarang ini ada 280 juta piranti mobile yang tersambung ke internet, 30 juta pelanggan 3G, 51, 4 juta pemakai Facebook, serta 29, 4 pemakai Twitter di Indonesia. Dengan populasi sampai 238 juta, sekarang ini terdaftar 80 % orang Indonesia mempunyai telepon selular dengan 40 % salah satunya adalah pemakai smartphone.
Terdaftar juga dari data yang ditulis oleh APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) kalau pemakai internet dengan memakai parangkat smartphone menjangkau 70, 1%, sedang pemakai internet paling besar umurnya sekitar pada 12-34 th. (64, 2%).
Dengan menambahnya jumlah penggunaan internet lewat smartphone yang didominasi kelompok remaja menurut ke-2 berita diatas. Hal semacam ini jadi kesempatan usaha sendiri untuk entrepreneur di bagian tehnologi info serta komunikasi (TIK).
Saksikan saja iklan di TV, terdapat banyak iklan pelaksanaan chatting yang menggoda serta memudahkan komunikasi dengan iming-iming gratis. Terlebih dengan menggandeng arti-artis papan atas yang disebut pujaan beberapa remaja jadi ikon software itu.
Tampak makin menarik serta berkesan “gaul” bila memakai iklan yang menggoda banyak anak muda bahkan juga anak kecil. Jadi tidak heran, banyak beberapa orang sudah mempunyai akun dari software chatting itu, dengan pertimbangan tidaklah perlu keluarkan pulsa tuk kirim pesan atau menelpon.
Dengan software atau pelaksanaan paling baru itu, kebanyakan orang dapat chatting dengan gratis, baik pesan text ataupun nada. Nampaknya gampang serta mengasyikkan sekali bukan? Semuanya cuma bermodalkan koneksi internet di handphone semasing. Hingga, komunikasi juga makin murah serta gampang, on-line 24 jam nonstop juga tidaklah hal yang tidak sering sekarang ini. Terlebih, software sesuai sama itu umumnya ditujukan untuk beberapa pemakai smartphone yang digemari kelompok muda-mudi.
Terkecuali pelaksanaan chatting pada smartphone, saya juga seringkali lihat balita asik mengotak atik gadget atau sebatas memainkan game. Beberapa orang tuapun telah memperkenalkan tehnologi ini pada anak-anak mereka mulai sejak awal.
Tampak asyik serta lucu lihat si balita bermain-main dengan tablet barunya, yang semula “cengeng”, diberi tablet segera diam. Bila semula merengek-rengek bermain diluar tempat tinggal, karena tablet, balita ini seakan-akan aman dirumah serta dengan gampang dipantau pembantu, keluarga atau orangtua sendiri.
Baik chatting ataupun tablet pada akhirnya tampak jadi teman dekat setia pengguannya, bahkan juga saat gadget tersebut di ambillah dari tangan sang anak saat itu juga juga tangisnya juga akan meledak. Bukanlah sekali lagi bertindak jadi fasilitas pendidikan yang mendidik tapi tampak jadi alat agar sang balita berhenti menangis serta duduk manis memainkan bermacam permainan, lantas repot dengan dianya serta permainan tersebut.
Tidak dapat disangkal, saat asik bergelut dengan smarphone, tablet maupun laptop. Beberapa besar dari kelompok remaja bahkan juga dapat lupa saat, lupa makan hingga lupa untuk istirahat. Seperti repot dengan dunianya sendiri, kemana saja tangannya tidak lepas dari benda mutakhir itu.
Kenyataan sesuai sama itu sangatlah menunjukkan kalau pasar product tehnologi disukai golongan muda, mereka begitu jatuh cinta dengan beragam sarana yang didapat dengan benda super mutakhir itu. Terlebih di dukung dengan beragam pilihan serta harga yang bisa dijangkau.
Pada akhirnya, dengan semua keringanan yang di tawarkan bukannya bisa tingkatkan kwalitas individu remaja tersebut tapi jadi buat ketentuan, norma yang dahulu tertanam di orang-orang makin lama makin berubah. Dalam ruangan lingkup keseharian, misalnya saja makan dengan keluarga yang semestinya jadi hangat dengan diselingi beberapa pembicaraan kecil telah agak terseger dari rutinitas biasanya karna sang smartphone bahkan juga gadget-gadget juga turut bertengger di meja makan. Kadang-kadang sesudah menyuapkan satu dua sendok makanan, mata serta tangan yang satunya kembali ngutak-ngatik gadget. Bahkan juga disela-sela makan masih tetap sempatnya chatting dengan rekan.
Gadget seolah ada dimana-mana setia dengan sang yang memiliki. Saat harusnya saat tuk dengan keluarga, waktu orangtua bertanya kesibukan maupun memberi sebagian saran pada anak. Yang terdengar dari sang anak cuma lah jawaban “hmm.. Iya. Iya.. ” Cuma hanya itu, mata serta perhatiannya juga masih tetap konsentrasi pada monitor smartphone. Pada akhirnya apa? Komunikasi antar orangtua semakin hari semakin menyusut. Semula, yang dapat bicara serta bertukar narasi segera dengan keluarga. Eh, saat ini pakai gadget untuk sama-sama sapa.
Tehnologi mutakhir seperti handphone masa saat ini (smartphone) serta jadi grup dari gadget-gadget sepertihalnya tablet. Memanglah mempunyai sejuta faedah, tapi, bila faedah itu buat orang yang memakainya lupa diri serta menggeser norma dan kebudayaan jadi peranannya jadi tidak seimbang sekali lagi. Jadi, juga akan beresiko jelek nantinya. Terlebih hal semacam ini juga akan beresiko segera dengan sikap generasi muda bangsa. Trus? Yang bertanggungjawab serta yang salah siapa? Orangtua? Ya, terang mereka juga miliki andil dalam hal semacam ini. Ada orangtua yang berniat membelikan sang anak beragam gadget maupun perlengkapan mutakhir yang lain karna tidak menginginkan sang anak ketinggal jaman serta mati style di sekolah. Bila pemakaian alat-alat itu dipantau oleh orangtua sich tidak jadi masalah. Dibatasi maupun diawasi pemakaiannya. Tapi, problemnya orangtua sendiripun gaptek serta gampang di bohongin sama anak sendiri. Kadang-kadang cuma karna modus ada pekerjaan, ada hal perlu serta berjuta argumen yang lain dari sang anak.
Orang tuapun dengan mudahnya yakin sedang si anak kembali asik berseluncur didunia maya intinya di akun media sosial tanpa ada maksud yang pasti bahkan juga jauh dari kata “tugas” sebagai argumen semula Demikian banyak nilai-nilai yang berubah cuma karna kelompok remaja saat ini sangat asik dengan perlengkapan mutakhir mereka. Belum juga, problem manajemen saat yang punya pengaruh pada kehidupannya. Saat beribadah, makan, istirahat yang awalnya terprogram dengan teratur saat ini berangsur beralih bahkan juga tidak pasti saatnya. Saat beribadah yang berniat ditunda-tunda, bahkan juga rasa laparpun tidak dirasa dengan kata lain lupa makan.
Belum juga bila ada kemauan tidur sampai larut malam cuma karna menginginkan terlalu lama haha hihi dengan rekan didunia maya serta melototi beragam hiburan dengan gadget terkasih. Seperti begitu mencandu pemakainya, tehnologi dapat jadikan kita lupa diri bahkan juga dengan saat meskipun. Bila hal semacam ini dilewatkan, juga akan menyerang dengan perlahan-lahan psikologi kelompok muda. Lantas? Ingin jadi apa bangsa kita ini dengan kader pemuda-pemudi sesuai sama itu? Bila tehnologi info serta komunikasi (TIK) yang harusnya berguna, kok jadi mengakibatkan kerusakan budaya serta norma generasi muda tersebut. Yang semula menginginkan mempermudah pendidikan jadi berubah jadikan anak lupa belajar.
Pada akhirnya, semuanya sama-sama salah. Orang tualah, karna bertindak dalam pengawasan anak. Tapi, sang anak juga harusnya tahu diri dong dalam pemakaian tehnologi. Pemenuhan TIK bukanlah untuk pola hidup yang hanya untuk disebut eksis di media sosial, on-line 24 jam, up-date status setiap saat tanpa ada pikirkan faedah dari beberapa hal sesuai sama itu.
Semestinya pemakaian TIK berlandaskan untuk tingkatkan pendidikan, ketrampilan serta membuat lancar komunikasi yang perlu di waktu genting. Bukannya, setiap waktu serta dimanapun senantiasa dimainkan sampai konsentrasi mata maupun fikiran cuma tertuju pada gadget tersebut. Selalu bila demikian, bila ada yang berfikir picik ” hapus saja tehnologi “, nah! Ini salah besar! Tehnologi tidak salah, yang salah orangnya.